LK 3.1 Menyusun Best PracticesMenyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan
Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait
Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi
|
SMAN 2 Ketapang
|
Lingkup
Pendidikan
|
SMA
|
Tujuan
yang ingin dicapai
|
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui
Model Project Based Learning (PjBL) pada Materi Hukum Pascal di Kelas XI IPA
1 SMAN 2 Ketapang
|
Penulis
|
Dewi Kurniaty
|
Tanggal
|
22 – 23 September 2022
|
Situasi:
Kondisi
yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
|
a.
Latar
Belakang Masalah
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara
dengan guru senior fisika dan pakar, diperoleh sebagian peserta didik memiliki
motivasi belajar fisika rendah, dari faktor guru hal ini dikarenakan:
1. Guru belum memiliki data
karakteristik peserta didik yang baik.
2.
Guru belum maksimal melakukan
pembelajaran kontekstual, walaupun
mengetahui bahwa dengan melakukan
pengaitan pembelajaran dengan fenomena sekitar, peserta didik menjadi lebih intens. 3. Belum semua siswa memiliki
tingkat kepercayaan diri yang tinggi
hingga tidak semua peserta didik yang mau terlibat dalam proses pembelajaran. Padahal sudah diberi
kesempatan yang sama.
Dari permasalahan tersebut diatas, diperlukan upaya
perbaikan pembelajaran oleh guru dalam meningkatkan Motivasi belajar peserta didik. Ismail
Hasan (2015 :
4)
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah melalui berbagai strategi
pembelajaran yang menarik, sehingga peserta didik mampu belajar dengan menyenangkan dan mempunyai semangat yang tinggi
untuk belajar.
Sutama (dalam Shoffa, Shoffan, 2016 :
2) tentang peningkatan efektifitas belajar
melalui gaya mengajar menyimpulkan bahwa
dalam penyampaian materi pelajaran, seorang
guru harus bisa menentukan metode apa yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga prestasi belajar peserta didik akan tercapai sesuai tujuan. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk
meningkatkan motivasi adalah model pembelajaran berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL).
Elisabet, Stefanus C. Relmasira, Agustina Tyas Asri
Hardini. (2019 :
285),
menggunakan model Project Based Learning mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan motivasi
dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil penelitian Akbar dan Bahri (2017 :
105)
bahwa model PjBL dan gaya belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar
peserta didik, sedangkan interaksi antara model pembelajaran dan gaya belajar
tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Hal ini
menunjukkan bahwa PjBL efektif dalam meningkatkan
motivasi belajar peserta didik.
Ariyana, Pudjiastuti, Bestari, Zamroni (2019 : 38)
Karakteristik PjBL antara lain:
1.
Penyelesaian tugas dilakukan
secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan
produk;
2.
Peserta didik bertanggung
jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;
3.
Proyek melibatkan peran teman
sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;
4.
Melatih kemampuan berpikir
kreatif; dan
5.
Situasi kelas sangat toleran
dengan kekurangan dan perkembangan gagasan.
Dengan karakteristik PjBL tersebut siswa bisa
lebih memberikan Attention (perhatian), merasa pembelajaran Relevance
(relevansi) dengan kehidupannya, merasa Confidence (percaya diri) karena sedikit banyak mengetahui
secara kontekstual pembelajaran tersebut, dan merasakan Satisfaction
(kepuasan) dari pembelajaran yang dilaksanakan dengan kejelasan tujuan. Hal
ini diharapkan bisa berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi peserta didik dalam
pembelajaran fisika. Sebagaimana Alex Sobur (2016 : 270-294), adanya motivasi pada individu karena adanya
dorongan untuk:
1.
Memenuhi kebutuhan,
2.
Melakukan kebiasaan (behavior)
dan
3.
Mencapai tujuan
Munawarah Isniatun (2019 : 66),
seseorang memiliki motivasi tinggi
atau tidak dalam belajarnya dapat terlihat dari:
1. Keterlibatannya
dalam pembelajaran,
2. Perasaan
dan keterlibatan afektif peserta didik,
3. Upaya
peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang dimiliki.
b. Mengapa praktik ini
penting untuk dibagikan?
Setelah menerapkan pembelajaran berbasis proyek,
penyusun beranggapan penting untuk membagikan pengalaman tersebut, dengan
harapan bisa menjadi pembelajaran serta referensi praktis bagi rekan sejawat
dan seprofesi terutama para guru Fisika yang bisa jadi juga mendapat kendala
yang serupa.
c.
Peran dan Tanggung Jawab
Sebagai guru Fisika dalam praktik ini Penyusun
sepenuhnya bertanggung jawab memilih menggunakan model
pembelajaran yang berfokus/berpusat pada peserta didik,
hingga dapat diharapkan peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran dalam menemukan konsep yang
dipelajari. Sebagai Guru Penyusun juga memilih konsep-konsep
esensial yang penting dipelajari oleh peserta didik, kemudian dapat mengatur urutan
konsep-konsep esesial, agar peserta didik mengetahui dulu konsep dasar, tengah, lanjutannya. Sehingga peserta didik mudah mempelajari materi berikutnya.
|
Tantangan :
Apa
saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang
terlibat,
|
a. Tujuan
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa,
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Penyusun terlebih dahulu
harus mempunyai ukuran tingkat motivasi peserta didik. Untuk itu dipergunakan ARCS yang dikembangkan oleh Keller
(1987) didasarkan pada sintesis konsep dan karakteristik motivasi yang pada
dasarnya telah dikemukakan oleh Sobur (2016) dan
Isniatun (2019),
yang dikelompokkan menjadi 4 Aspek:
1. Peserta didik memberikan Perhatian
yang tinggi pada proses pembelajaran (Attention) 2. Peserta didik mendapatkan kesan
pembelajaran yang relevan dengan kesehariannya (Relevance) 3. Peserta didik dengan percaya diri
mengkomunikasikan hasil pembelajarannya (Confidence)
4. Peserta didik merasa terpuaskan
dan memiliki emosi yang positif dalam pembelajaran (Satisfaction).
b. Tantangan
Dari uraian tujuan tersebut diatas, terdapat tantangan
dalam mencapainya terutama dalam pelaksanaan model
pembelajaran berbasis proyek, diantaranya:
1. Pembelajaran
berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks
2. Banyaknya
peralatan yang harus disediakan. Oleh karena itu, waktu pembelajaran dibuat dua pertemuan dengan memisahkan antara
perencanaan dan pelaksanaan.
3. Peserta
didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
4. Ada
kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, penyusun
melibatkan Stakeholder Sekolah, Guru Fisika Senior, perangkat kelas dan peserta didik.
|
Aksi :
Langkah-langkah
apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang
digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber
daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini
|
a. Langkah - langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut: 1.
Mendesain
pembelajaran dengan model PjBL 2. Melakukan
Penyusunan Perangkat yang sesuai dengan tujuan meningkatkan motivasi belajar peserta didik 3.
Mengalokasikan
waktu pembelajaran
4. Menyiapkan
sumber daya dan media pembelajaran. b. Strategi Penyusun menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) serta
memanfaatkan video untuk mendemonstrasikan materi, membuat tim belajar, serta
menggunakan media komunikasi perpesanan instan dengan peserta didik. c. Proses Penyusun
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perangkat yang telah Penyusun buat
sebelumnya. Pembelajaran Penyusun bagi 5 Fase dalam dua pertemuan. Siswa yang Penyusun libatkan berasal dari kelas XI IPA 1 yang
sebelumnya telah diberikan bahan ajar menggunakan link yang dibagikan lewat
perpesanan instan aplikasi Whatsapps. Penyusun
melakukan langkah pembelajaran berbasis Proyek (Project Based Learning) pada pelajaran Fisika materi Fluida Statis
(Hukum Pascal) sesuai rancangan pada perangkat yang telah dibuat. Pada pertemuan Pertama (8 September 2022), Penyusun memulai dengan mempersiapkan apersepsi
dan pengaitan dengan pengalaman peserta didik lalu memberikan permasalahan menggunakan
video yang telah disiapkan. Penyusun membagi
siswa dalam lima kelompok dan memberi mereka identitas berupa nama para Ilmuan
Fisika. Selanjutnya peserta didik mendapat kesempatan untuk berdiskusi untuk
merancang proyek yang akan mereka kerjakan. Selama proses tersebut Penyusun
mendampingi sebagai pembimbing. Selanjutnya Penyusun
mempersilakan kelompok mempresentasikannya di depan kelas. Mereka juga
menampilkan gambar rancangan proyeknya.
Melakukan fase monitoring dari tanggal 8-12 September dengan cara Ketua
Kelompok berkonsultasi serta melaporkan tahapan pembuatan proyek dengan
melampirkan foto dan video via Whatsapps.
Pada pertemuan Kedua (13 September 2022), proses diawali dengan evaluasi hasil
monitoring dan pemutaran video monitoring. Kegiatan dilanjutkan dengan
mempersilakan peserta didik duduk sesuai kelompoknya dan menunjukan hasil
karya di atas meja.
Selanjutnya dilaksanakan Presentasi Hasil Proyek Kelompok diikuti
dengan tanya jawab dengan kelompok lain. Penyusun melakukan penilaian selama
presentasi, lalu kemudian memberikan penghargaan terhadap kelompok yang
berkinerja baik. Selanjutnya penyusun bersama peserta didik melakukan Penarikan
kesimpulan serta Refleksi Akhir Pembelajaran sebelum penyusun menutup
pembelajaran.
Selama proses pelaksanaan pembelajaran ini Penyusun
menggunakan Media Pembelajaran seperti Projector, Media komunikasi dan video
pembelajaran.
|
Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana
dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif? Mengapa?
Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang
menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang
dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut
|
Temuan
Dengan menggunakan basis penilaian ARCS, penyusun
menyimpulkan secara sederhana bahwa Model Pembelajaran berbasis Proyek
membuat Siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Tergambar dari
ungkapan mereka pada saat melakukan refleksi yang sebagian besar menuliskan
kata seperti 'Hal Baru ', 'Senang', 'Semangat'. Mereka tampak bersemangat
mengikuti proses pembelajaran berbasis proyek seperti ini. Mereka terlibat
langsung mulai dari merancang, mempersiapkan, membuat dan mempresentasikan
hasil karyanya. Mereka juga tertarik untuk mencari sumber pembelajaran.
Terlihat juga pada hasil angket yang mereka jawab mengenai ketertarikan
mereka pada pembelajaran PjBL mengenai hukum Pascal.
Faktor penentu keberhasilan, selain utamanya desain
pembelajaran dan perencanaan yang sungguh – sungguh, juga adanya bantuan dari
stakeholder sekolah dan guru senior. Selain itu peserta didik juga menjadi faktor
utama keberhasilan, karena bagaimanapun dalam Pembelajaran Inovatif, peserta
didik adalah pelaku utama pembelajaran itu sendiri.
Penyusun merasa sangat terbantu dengan proses
Pembelajaran Project Based Learning. Peserta didik terlihat ikut serta dalam
pembelajaran karena mereka terlibat langsung dalam prosesnya.
|
Daftar Literatur :
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem
Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Ariyana, Yoki; Pudjiastuti, Ari; Bestary, Reisky, Zamroni. 2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Akbar, F., & Bahri, A. 2019. Efektivitas
Model PjBL (project-based learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar kognitif
peserta Didik Dengan Gaya belajar berbeda. Biology Teaching and Learning,
1(1). https://doi.org/10.35580/btl.v1i1.9255
Daryanto dan Rahardjo, M. 2012. Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Elisabet, Stefanus C. Relmasira, Agustina Tyas Asri Hardini. 2019. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL). Journal of Education Action Research
Hasan, I. 2015. Strategi Guru
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’An Dan Hadis
Di Mts Negeri Walen Simo Boyolali Tahun Pelajaran 2015 - 2016. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Shoimin, A. 2017. Model
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Sobur, alex. 2016. Psikologi Umum
Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta : Pustaka Setia
Suherti, Euis & Rohimah, Siti Maryam. (2016). Bahan Ajar Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. Bandung: Universitas
pasundan.
Suprihatin, S. 2015. Upaya Guru
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM
Metro, 3(1), 73-82.
Shoffa, Shoffan. 2016. Penerapan
Strategi Meaningful Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa
Pendidikan Matematika UM Surabaya pada Mata Kuliah Pengantar Pendidikan.
MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology. 1. 137.
10.30651/must.v1i2.233.
Widiasworo, E. 2016. Strategi Dan
Metode Mengajar Siswa Diluar Kelas (Outdoor Leaning) Secara Aktif, Kreatif,
Inspiratif, Dan Komunikatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.