16 November 2018
KULIAH KERUMAHTANGGAAN
TEKNIK KOMUNIKASI SUAMI ISTRI
By Ummu Balqis
Komunikasi bisa rentan membuat keributan jika salah memahami.
Pria dan wanita memiliki potensi kehidupan yang sama. Namun cara berpikir dan komunikasinya berbeda. Bukan karena komposisi otak pria dan wanita serta bagian mana yang lebih berkembang. Penelitian terkini, fungsi otaknya sama. Allah memberikan cara komunikasi yang berbeda pada pria dan wanita.
Pria dan wanita memiliki potensi kehidupan yang sama. Namun cara berpikir dan komunikasinya berbeda. Bukan karena komposisi otak pria dan wanita serta bagian mana yang lebih berkembang. Penelitian terkini, fungsi otaknya sama. Allah memberikan cara komunikasi yang berbeda pada pria dan wanita.
Perbedaan komunikasi:
Wanita : bahasa karet gelang, tidak benar-benar dimaksudkan pada hal yang dia bicarakan.
Tidak semua laki-laki memahami ini. Jika sedang dalam tekanan, ucapan yang buruk bisa malah dituruti.
Wanita : bahasa karet gelang, tidak benar-benar dimaksudkan pada hal yang dia bicarakan.
Tidak semua laki-laki memahami ini. Jika sedang dalam tekanan, ucapan yang buruk bisa malah dituruti.
Penggunaan bahasa:
Wanita : bahasa implisit, tidak to the point, ambigu
Pria : bahasa eksplisit, langsung disampaikan apa adanya
Wanita : bahasa implisit, tidak to the point, ambigu
Pria : bahasa eksplisit, langsung disampaikan apa adanya
Kadang wanita menafsirkan bahasa eksplisit pria seperti halnya bahasa implisit wanita. Akhirnya menimbulkan salah paham dan miskomunikasi.
Lebih baik untuk wanita menggunakan bahasa yang jelas dan tidak ambigu agar mengurangi miskomunikasi. Serta tidak usah berpikir terlalu jauh dalam menafsirkan apa yang suami sampaikan.
Perbedaan karakter:
Wanita : bicara adalah kebutuhan
Pria : bicara seperlunya
Sebagai pengingat ketika kita curhat ke suami lalu dia hanya jawab singkat, bahwa memang itu karakternya.
Wanita : bicara adalah kebutuhan
Pria : bicara seperlunya
Sebagai pengingat ketika kita curhat ke suami lalu dia hanya jawab singkat, bahwa memang itu karakternya.
Inisiasi dia untuk bicara dengan sering bertanya tentang dirinya.
Menghadapi masalah:
Wanita: ingin membahas permasalahannya (curhat), walaupun tidak memberi solusi, namun dengan bercerita mampu membuat hatinya lebih tenang
Pria: diam dan berpikir, fokus mencari solusi, sebisa mungkin tidak melibatkan orang lain dalam mengatasi permasalahannya. Biasanya berupa melakukan aktivitas sambil diam saja karena mereka sebenarnya sedang berpikir. Menyelesaikan masalah sendiri dianggap sebagai pencapaian.
Wanita: ingin membahas permasalahannya (curhat), walaupun tidak memberi solusi, namun dengan bercerita mampu membuat hatinya lebih tenang
Pria: diam dan berpikir, fokus mencari solusi, sebisa mungkin tidak melibatkan orang lain dalam mengatasi permasalahannya. Biasanya berupa melakukan aktivitas sambil diam saja karena mereka sebenarnya sedang berpikir. Menyelesaikan masalah sendiri dianggap sebagai pencapaian.
Jika melihat yang seperti itu lebih baik diam saja agar dia fokus. Kita bisa bantu menyiapkan suasana yang nyaman supaya fokus menuntaskan permasalahannya, misal memijit, menyiapkan makanan, dll. Jangan paksa untuk bicara. Setelah dia nyaman, dia akan cerita sendiri.
Suami akan cerita ke kita jika ia memang tahu kita kompeten tentang masalah itu. Karena itu lebih baik bagi kita untuk belajar dan improve knowledge kita untuk bisa membantu menyelesaikan permasalahan.
Rasulullah saat ada masalah akan menyendiri di gua Hira. Setelah menerima wahyu ia menyampaikan kepada istrinya Khadijah r.a. Kemudian Khadijah r.a membantunya mencari solusi.
Komunikasi efektif
1. Respect : sikap, tatapan, intonasi, kalimat saat berkomunikasi. Tunjukkan rasa hormat. Bahasa tubuh yang baik, tidak melecehkan atau menjatuhkan.
2. Emphaty : kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi yang sedang dirasakan oleh pasangan sehingga ikut merasakan apa yang dirasakan. Kita mampu bersikap sesuai yang diharapkan. Tidak lebay dalam menghukumi tindakan orang.
3. Audible : dapat didengarkan dan dimengerti oleh pasangan. Jarak dan frekuensi harus diperhatikan. Perhatikan lingkungan sekitar. Fokus, nggak sambil aktivitas lain. Tatap muka. Tidak mengajak bicara serius saat pasangan sedang ada urusan lain yang tidak bisa ditinggal.
4. Clarity : keterbukaan dan transparansi agar tidak curiga pada pasangan.
5. Humble : tidak boleh merasa lebih sampai merendahkan. Akan mengarahkan kita pada trik komunikasi. Misal: cari tau bersama-sama walaupun kita sebenarnya lebih tau dari pasangan. Agar tidak langsung menuding kesalahan.
1. Respect : sikap, tatapan, intonasi, kalimat saat berkomunikasi. Tunjukkan rasa hormat. Bahasa tubuh yang baik, tidak melecehkan atau menjatuhkan.
2. Emphaty : kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi yang sedang dirasakan oleh pasangan sehingga ikut merasakan apa yang dirasakan. Kita mampu bersikap sesuai yang diharapkan. Tidak lebay dalam menghukumi tindakan orang.
3. Audible : dapat didengarkan dan dimengerti oleh pasangan. Jarak dan frekuensi harus diperhatikan. Perhatikan lingkungan sekitar. Fokus, nggak sambil aktivitas lain. Tatap muka. Tidak mengajak bicara serius saat pasangan sedang ada urusan lain yang tidak bisa ditinggal.
4. Clarity : keterbukaan dan transparansi agar tidak curiga pada pasangan.
5. Humble : tidak boleh merasa lebih sampai merendahkan. Akan mengarahkan kita pada trik komunikasi. Misal: cari tau bersama-sama walaupun kita sebenarnya lebih tau dari pasangan. Agar tidak langsung menuding kesalahan.
Penghambat keberhasilan komunikasi:
1. Blaming partner : sering menyalahkan. Berbeda dengan mengoreksi kesalahan. Menyalahkan berarti tidak menunjukkan kesalahan dengan spesifik. Tidak dalam konteks mencari solusi.
2. Antipati terhadap kritik : perkataan apapun diterima sebagai nyinyiran dan dibuat sakit hati dan tersinggung. Karena merasa yang paling benar.
3. Qiyasy-syumuli : menganggap salah semua yang disampaikan pasangan. Generalisir. Membuat komunikasi macet karena pasangan jadi malas cerita.
4. Tidak mencari akar permasalahan seolah permasalahan selesai saat itu. Hanya menumpuk masalah yang suatu saat akan meledak.
5. Jangkauan pendek, tidak melihat ke depan. Padahal bisa jadi di depan masih banyak yang bisa diperbaiki. Tidak menerima perubahan sama sekali.
1. Blaming partner : sering menyalahkan. Berbeda dengan mengoreksi kesalahan. Menyalahkan berarti tidak menunjukkan kesalahan dengan spesifik. Tidak dalam konteks mencari solusi.
2. Antipati terhadap kritik : perkataan apapun diterima sebagai nyinyiran dan dibuat sakit hati dan tersinggung. Karena merasa yang paling benar.
3. Qiyasy-syumuli : menganggap salah semua yang disampaikan pasangan. Generalisir. Membuat komunikasi macet karena pasangan jadi malas cerita.
4. Tidak mencari akar permasalahan seolah permasalahan selesai saat itu. Hanya menumpuk masalah yang suatu saat akan meledak.
5. Jangkauan pendek, tidak melihat ke depan. Padahal bisa jadi di depan masih banyak yang bisa diperbaiki. Tidak menerima perubahan sama sekali.
Panduan komunikasi efektif:
1. Tanamkan bahwa pasangan adalah bagian dari diri kita. Agar kita senantiasa menerima masukan dan kritik.
2. Ketundukan terhadap hukum syariat. Agar tidak mengedepankan kepentingan pribadi.
3. Berupaya memperlakukan pasangan dengan ma’ruf. Agar tidak arogan kepada pasangan dan berusaha memperlakukan pasangannya sebaik-baiknya.
4. Tidak kaku dalam berkomunikasi. Arogansi dapat ditundukkan dengan kelembutan.
5. Mendudukkan pasangan sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Namun tetap berupaya agar kesalahan tidak terus terjadi. Selalu pupuk kesabaran kita atas pasangan kita.
1. Tanamkan bahwa pasangan adalah bagian dari diri kita. Agar kita senantiasa menerima masukan dan kritik.
2. Ketundukan terhadap hukum syariat. Agar tidak mengedepankan kepentingan pribadi.
3. Berupaya memperlakukan pasangan dengan ma’ruf. Agar tidak arogan kepada pasangan dan berusaha memperlakukan pasangannya sebaik-baiknya.
4. Tidak kaku dalam berkomunikasi. Arogansi dapat ditundukkan dengan kelembutan.
5. Mendudukkan pasangan sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Namun tetap berupaya agar kesalahan tidak terus terjadi. Selalu pupuk kesabaran kita atas pasangan kita.
Komunikasi yang baik dibangun atas kepercayaan pada pasangan.
Bunda Khadijah r.a mampu memahami suaminya dengan baik. Kenyamanan fisik yang sederhana namun mampu membuat nyaman. Menenangkan dengan kalimat sambil menyandarkan kenyamanan pada Allah. Memuji untuk menenangkan dan menyejukkan hati pasangan. Di akhir berusaha mencari solusi nyata, tidak hanya sekedar jadi kompor yang memanasi situasi tanpa cari solusi.
Bunda Khadijah r.a mampu memahami suaminya dengan baik. Kenyamanan fisik yang sederhana namun mampu membuat nyaman. Menenangkan dengan kalimat sambil menyandarkan kenyamanan pada Allah. Memuji untuk menenangkan dan menyejukkan hati pasangan. Di akhir berusaha mencari solusi nyata, tidak hanya sekedar jadi kompor yang memanasi situasi tanpa cari solusi.
Teknik komunikasi jika ingin membicarakan hal serius atau ingin mengoreksi pasangan:
1. Waktu yang tepat. Jangan saat dia lelah pulang kerja. Biarkan moodnya bagus dulu.
2. Tempat yang tepat. Jangan lakukan di tempat umum/medsos/depan teman dekat/keluarga. Apalagi kalau topiknya dapat meruntuhkan harga diri pasangan. Sebisa mungkin jangan melakukan pembicaraan yang potensi menimbulkan pertengkaran di kamar, kecuali tidak ada tempat lain.
3. Kalimat yang dipilih. Jangan menjatuhkan, menuduh tanpa bukti. Pilih kalimat yang positif. Koreksi dalam rangka kita tidak ingin ridho Allah hilang padanya.
4. Feedback dan solusi. Ketika mengoreksi, kita minta feedback tentang apa yang kita sampaikan. Ketika komplain, kita kasih solusi.
1. Waktu yang tepat. Jangan saat dia lelah pulang kerja. Biarkan moodnya bagus dulu.
2. Tempat yang tepat. Jangan lakukan di tempat umum/medsos/depan teman dekat/keluarga. Apalagi kalau topiknya dapat meruntuhkan harga diri pasangan. Sebisa mungkin jangan melakukan pembicaraan yang potensi menimbulkan pertengkaran di kamar, kecuali tidak ada tempat lain.
3. Kalimat yang dipilih. Jangan menjatuhkan, menuduh tanpa bukti. Pilih kalimat yang positif. Koreksi dalam rangka kita tidak ingin ridho Allah hilang padanya.
4. Feedback dan solusi. Ketika mengoreksi, kita minta feedback tentang apa yang kita sampaikan. Ketika komplain, kita kasih solusi.
Sumber: materi Bengkel Diri level 1 dari Ummu Balqis
#BengkelDiri5_Level1^Thoif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar