Jumat, 20 Desember 2019

BD LEVEL 1_THOIF (MENJADI JODOH IMPIAN)


10 November 2018

KULIAH KERUMAHTANGGAAN
MENJADI JODOH IMPIAN
By Ummu Balqis

Jodoh : Ketetapan Allah vs Pilihan manusia
Jodoh memang bagian dari ketetapan Allah dan itu wilayah ghoib. Upaya manusia adalah hal-hal yang bisa kita jangkau walaupun belum tentu berhasil 100%. Misal: minta dijodohkan, taaruf, dll.
Sikap yang baik : tetap berupaya untuk mengusahakan secara serius (berdoa, berproses, dll) tapi juga tidak lupa ada Allah yang Maha Menentukan. Tetap mendekat pada Allah sambil mengupayakan ranah yang dibenarkan secara syariat.
Fitrah manusia ingin memiliki pasangan. Allah sudah menentukan bahwa makhlukNya diciptakan berpasangan. Termasuk ada fitrah meneruskan keturunan (melalui fitrah kasih sayang, ingin punya anak). Semua itu normal, sesuai dengan fitrahnya. Tidak perlu malu mengakuinya dan jangan malu untuk memperjuangkannya.
Mengupayakan jodoh seperti saat kita memancing ikan. Bisa jadi kita punya kriteria tertentu. Setelah tahu mana yang ingin dipancing baru tentukan pancingnya dan kolamnya yang sesuai. Menyiapkan pancingan yang pas seperti sedang menyiapkan diri kita sebaik mungkin agar pantas mendapat jodoh yang baik. Kolam diibaratkan tempat mencari jodoh, harus pas lingkungan kita jika ingin mencari orang yang tepat. Menulis kriteria = refleksi apa yang harus kita siapkan pada diri kita.
Pria sholeh pasti akan mencari wanita yang baik, bagaikan berlian, karena ia pun punya modal keimanan yang baik. Penting untuk menjadi berlian, agar mudah dilihat oleh mereka yang mampu mencari berlian. Jodoh itu ibarat frekuensi. Jika kita perbaiki frekuensi kita, lebih mudah berjodoh dengan orang yang se-frekuensi itu.
Persiapkan diri menjadi jodoh impian :
1. Persiapan ilmu : agar tahu tujuan hidup kita. Sibukkan diri kita dengan berbagai hal untuk memperbaiki diri kita. Muslimah yang baik tidak akan kehabisan ide untuk mengupgrade dirinya. Ilmu yang diupgrade disesuaikan dengan kebutuhan saat menikah nanti agar dapat mempersiapkan diri menghadapi badai pernikahan nanti.
2. Berdamai dengan inner child. Sadar atau tidak, banyak dari kita masih menyimpan kejadian traumatis di masa lalu yang mempengaruhi cara kita interaksi dengan orang lain. Jika sisa emosi masa lalu tidak tuntas, akan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi pernikahan kita. Kita bisa mudah marah ke pasangan dan anak kelak. Cara berdamai: menerima bahwa itu adalah salah satu ujian Allah dalam hidup kita dan pasti ada kebaikan di balik qodlo tersebut. Terima sebagai suatu pengalaman yang akan kita sudahi. Lalu komunikasi dengan jiwa kita. Ajak diri sendiri untuk berubah semata mencari ridho Allah. Muhasabah diri, apa gunanya perangai buruk ini? Introspeksi agar jiwa ini dikoneksikan pada Allah. Maafkan orang tua kita. Beda zaman, beda keilmuan yang didapat.
3. Meluruskan niat. Bisa jadi jodoh kita ditahan Allah karena Allah ingin niat kita diluruskan dulu. Niatkan nikah untuk ibadah.
4. Jangan gampang baper. Perluas silaturahim. Gampang baper mempersempit peluang ikhtiar kita mencari jodoh. Jangan karena baper nggak mau ditanya2 terus jadi tidak mau silaturahim. Jika memang ditanya, katakan memang sudah siap dan minta tolong jodohkan. Allah akan memperluas rezeki orang yang memperluas silaturahim.
5. Persiapan fisik. Menjaga kebersihan diri, agar siapapun yang dekat dengan kita nyaman dengan diri kita. Bukan dalam rangka bersolek untuk orang lain, namun agar orang2 yang nyaman dengan kita bisa membuka pintu jodoh ke kita. Juga sebagai wujud syukur kita atas nikmat Allah. Tetap lakukan sepantasnya dan tidak berlebihan. Olahraga, sebagai wujud tanggung jawab kita terhadap badan kita supaya nggak dzolim ke diri kita. Agar badan kita bugar dan sehat. Terapkan healthy life style.
6. Libatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan. Belajar menghargai banyak orang dan belajar menghadapi berbagai macam karakter orang. Karena menikah itu menggabungkan 2 keluarga besar yang bisa berbeda kondisi dengan keluarga kita.
Taaruf
Mereka yang serius harus berkenalan dulu dengan ayah/wali kita dan minta izin. 

Tidak ada backstreet.
Taaruf akan lebih mudah jika ada CV.
Setelah bertukar CV biasanya akan bertemu dengan ditemani mahram. Lalu berdiskusi hal2 yang terkait pernikahan. Diskusi tetap dilakukan bersama mahram, jadi tidak berduaan saja.
Minta agar calon suami datang bersama orang yang pernah tinggal serumah sama dia atau orang yang menghabiskan banyak waktu bersama dia. Tanyakan ke orang tadi hal2 prinsip, seperti bangun jam berapa, subuhnya di mana, kalau marah seperti apa, dll. Bisa juga minta dia untuk bepergian bersama ayah kita. Agak jauh, agar sifat aslinya bisa terlihat. Nanti ayah kita yang menilai apakah dia orang yang layak.
Khitbah
Saat proses khitbah tidak boleh menerima pinangan orang lain. Jangan terlalu lama jaraknya dengan pernikahan.
Taaruf dan khitbah belum tentu berjodoh juga. Jangan gampang baper juga kalau gagal. Karena itu disarankan untuk merahasiakan proses agar menjaga hati lain yang bisa terluka saat tahu.
Sumber : Materi Bengkel Diri level 1 oleh Ummu Balqis
#BengkelDiri5_Level1^Thoif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar