Jumat, 20 Desember 2019

BD LEVEL 1_THOIF (MANAJEMEN EMOSI)


28 November 2018


MANAJEMEN EMOSI

By Ummu Balqis

Setiap orang pasti pernah merasakan marah. Manusia memang diciptakan sepaket dengan nafsu yang cenderung ingin segera dituruti. Bahkan Rasulullah sekalipun pernah marah. Sifat marah memang normal ada pada diri manusia.
Dalam konteks islam, marah adalah bara api dalam diri manusia yang dikobarkan oleh syaithon. Biasanya ketika marah logika nggak jalan. Dan marah jadi pintu untuk merusak banyak hal bahkan sampai melakukan hal-hal di luar batas.
Walaupun memang amarah ada dalam diri manusia, sebagai muslim harus bisa mengontrol amarah ini. Agar keinginan hawa nafsu ini bisa kita lawan.
QS Ali Imran 134: orang yang bertakwa adalah yang mampu menahan amarahnya.
Menahan marah dan tidak mudah marah merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa.
Jika ingin berproses menjadi orang yang bertakwa, maka niatkan diri kita untuk mampu mengontrol amarah kita.
Keutamaan mengendalikan emosi: merupakan wujud kematangan jiwa kita.
Orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan diri saat marah. Mengendalikan emosi merupakan salah satu sifat terpuji yang dicintai Allah.
Belajar mengendalikan emosi: wujud kecintaan kita pada Allah. Niatan kita untuk dicintai Allah.
Banyak hadist dan ayat Al Qur’an yang membahas tentang marah, karena memang menahan marah adalah sesuatu yang penting.
Islam lahir di Arab yang memang banyak pemarah. Dan Islam datang dengan kelembutan sehingga mengubah kondisi bangsa Arab.
Cara mengelola emosi menurut Al Qur’an dan sunnah :
1. Ta’awudz : bila marah segera minta perlindungan dari syaithon. Tarik napas dalam lalu ucapkan taawudz dengan ikhlas.
2. Diam : jaga lisan lebih utama daripada memaki yang tidak aturan. Dikhawatirkan perkataannya akan menimbulkan hal-hal buruk yang mendatangkan murka Allah. Dengan diam kita sambil berpikir ulang, patutkah kita untuk marah?
3. Mengambil posisi lebih rendah : orang marah cenderung bergerak ke arah lebih tinggi. Karena itu lakukan hal yang sebaliknya.
4. Segera berwudhu/mandi : air dapat memadamkan bara api syaithon. Secara psikologis setelah mandi dapat teralihkan emosinya.
Pengendalian emosi yang lebih baik :
1. Pengokohan aqidah : bahwasanya segala sesuatu yang menimpa kita terjadi atas izin Allah. Sehingga kita bisa lebih sabar dan berpikir lebih jernih. Dari situ bisa memberikan waktu untuk tidak langsung bereaksi.
2. Stop and think : perlu menunda reaksi kita agar dapat bertindak lebih jernih.
3. Solutif : ketika otak terpusat pada solusi, kita tidak akan mudah emosi. Kita berusaha untuk mencari solusi dari hal yang membuat emosi tadi.
4. Balance life : kunci penting untuk tingkat kewarasan seseorang. Seimbangkan dunia dan akhirat. Jangan terjebak pada hal yang sama terus. Miliki hobi dan me time.
Teknis sebagai upaya memperluas sabar kita :
1. Berhitung – dzikir – atur napas
Ketika akan marah, atur napas sambil berhitung dalam hati. Sambil berhitung, pikirkan apakah benar perlu marah. Jika masih marah, lakukan dzikir. Bentuk lain dari relaksasi. Dzikir sambil mengingat Allah.
2. Alirkan – ledakkan emosi
Salurkan dengan baik. Misal ambil sansak. Atau bersihin rumah. Masak. Apapun yang bisa membantu menyalurkan energi dengan cara yang lebih baik. Mampu membantu otak mendistribusikan emosi ke hal lain.
3. Tuliskan
Agar tidak jadi ledakan, tuliskan perasaan kita. Tulis sampai emosi reda. Setelah selesai bisa dijadikan bahan introspeksi. Simpan tulisannya sampai marah reda baru baca lagi.
4. Sugesti
Yakinkan diri kita bahwa kita adalah orang yang sabar. Bicaralah dengan diri kita.
Tiap bangun tidur, sempatkan memperbarui niat kita. Sugesti diri kita bahwa kita telah berubah hari itu.
Sumber : Materi Bengkel Diri level 1 oleh Ummu Balqis
#BengkelDiri5_Level1^Thoif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar