(QS Al Isro’:1)
Tanggal 20 Juli 2009 kita akan memperingati peristiwa luar biasa yaitu peristiwa isra' mi'roj. Isra’ berarti berjalan di waktu malam, sedangkan Mi’raj adalah alat untuk naik. Isra’ mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsho di Palestina. Mi’raj adalah kelanjutan perjalanan Nabi SAW dari Masjid Al Aqsho ke langir samapi Sidratul Muntaha sampai temapt Nabi SAW bertemu ALLAH SWT. Nabi SAW mengendarai buroq ditemani oleh Malaikat Jibril. Mayoritas ulama menyatakan itu terjadi pada 27 Rajab. Peristiwa isra’ mi’roj ini menghasilkan perintah sholat wajib lima waktu sehari semalam. Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa ini ??? Dari sini muncul beberapa pertanyaan antara lain :
- Bagaimana dan seperti apa perjalanan yang telah dilakukan Nabi SAW?
- Apakah Beliau masuk semacam kabin pesawat lalu duduk berhadapan dengan Malaikat Jibril?
- Atau seperti naik kuda berkejaran dengan Malaikat Jibril ? kalau ini yang dilakukan berarti Beliau bisa masuk angin dan kembali dalam keadaan rambut awut-awutan dan mungkin pakaian dalam keadaan compang camping (kaya iklan sepeda motor yang di TV itu lhoooo). Tapi ternyata pagi harinya sehat aja tuh. - Mengapa dilakukan pada malam hari bukan siang hari? (mungkin kalau siang banyak yang mo pada ikut kalleeeee....)
Pertanyaan di atas bukan untuk menggugat peristiwa tersebut akan tetapi untuk mengurai pesan dan rahasia yang lebih dalam lagi.
Tanggapan "ISRO MI'ROJ DALAM PERSPEKTIF SAINS" oleh Untung Sutejo, S.Pd
- Dalam tulisan tidak disertai dalil sains yang mengungkap data sebuah tempat di luar bumi telah mengorbit bumi 10 kali (melihat matahari terbit-terbenam) 10 kali juga dalam sehari sehingga sholat disana menjadi 50 kali. Mana Pak Untung?
- Dalam menerima wahyu sholat 5 waktu, Nabi Muhammad SAW itu belum sampai di bumi. tetapi Beliau langsung mendapat wahyu dari 50 kali menjadi 5 kali. Bukan sesudah NAbi sampai di bumi. Apa yang saudara Untung kemukakan bertentangan dengan Hadits Shahih. (Silakan Lihat Buku Ringkasan Shohih Al-Bukhari, penerbit Pustaka AsSunnah, Hadits no 193-194, hal 294)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar